Menu Tutup

Perspektif Sosiologis tentang Uang

Perspektif Sosiologis tentang Uang

Perspektif Sosiologis tentang Uang

Sosiologi uang dapat didefinisikan dengan dua cara. Pertama, sosiologi uang didefinisikan sebagai suatu kajian yang mempelajari hubungan antara masyarakat dan uang. Dalam hubungan tersebut, bisa dilihat bagaimana masyarakat memengaruhi uang. Demikian sebaliknya, bagaimana uang memengaruhi masyarakat.

Untuk memahami hubungan tersebut, perlu terlebih dahulu mengerti bagaimana sosiolog mendefinisikan masyarakat. Banyak definisi masyarakat yang telah dibuat oleh sosiolog (Soekanto, 1997). Dari sekian banyak definisi yang ada, untuk kepentingan pemahaman batasan sosiologi uang, menarik untuk dipahami definisi dari Peter L Berger (1996). Menurut Peter, masyarakat merupakan suatu keseluruhan kompleks hubungan yang luas sifatnya.

Maksud keseluruhan kompleks hubungan yakni terdapat bagian-bagian yang membentuk kesatuan. Misalnya tubuh manusia terdiri dari berbagai macam organ seperti hati, jantung, pembuluh darah, otak dan lain sebagainya. Keseluruhan bagian yang ada membentuk suatu sistem yang dikenal sebagai manusia.

Analogi bagian-bagian dalam masyarakat adalah hubungan sosial, seperti hubungan antar jenis kelamin, hubungan antar usia, hubungan antar dan inter keluarga, hubungan perkawinan, dan seterusnya. Keseluruhan hubungan sosial tersebut dikenal dengan masyarakat.

Hubungan-hubungan tersebut tidak terbentuk secara sembarangan atau tidak beraturan, tetapi sebaliknya hubungan tersebut memiliki semacam pola atau keteraturan.

Dengan pemahaman konsep konsep masyarakat di atas, maka sosiologi ekonomi mengkaji sistem interaksi yang berhubungan dengan uang. Hubungan dilihat dalam sisi saling pengaruh-memengaruhi.

Kedua, sosiologi ekonomi didefinisikan sebagai pendekatan soiologis yang diterapkan pada fenomena uang dan keuangan. Pendekatan sosiologis terdiri dari konsep-konsep, variabel-variabel, teori-teori, dan metodologi yang digunakan dalam sosiologi untuk memahami kenyataan sosial, termasuk di dalamnya kompleksitas aktifitas yang berkaitan dengan perolehan, penggunaan, pertukaran, dan peredaran uang.

Teori-teori Sosiologi

Teori-teori dalam sosiologi telah mengalami perkembangan yang pesat. dari sekian banyak teori sosiologi, terdapat empat teori yang popular, yakni teori struktural fungsional, struktural konflik, teori interaksionisme simbolik dan teori pertukaran.

Teori Struktural Fungsional menjelaskan tentang berfungsinya suatu struktur. Setiap struktur (mikro seperti persahabatan, miso seperti organisasi, dan makro seperti masyarakat dalam arti luas seperti masyarakat Jawa) terdiri dari beberapa elemen yang terstruktur. Elemen-elemen tersebut terintegrasi dengan baik.

Melalui teori ini dipahami bahwa kemiskinan memiliki fungsi bagi masyarakat. Dengan adanya kemiskinan maka berbagai macam pekerjaan yang dipandang marjinal, kotor dan tidak sehat, yang dipandang sebelah mata oleh kelompok kaya, dikerjakan oleh kelompok masyarakat yang dikategorikan miskin.

Tidak bisa dibayangkan apa yang akan terjadi jika tidak ada kelompok masyarakat yang mau bekerja pada kegiatan-kegiatan ekonomi yang dilihat sebagai marjinal, kotor atau tidak sehat tersebut.

Teori Strukturan Konflik menerangkan bagaimana struktur memiliki konflik. Teori ini melihat bahwa setiap struktur memiliki berbagai elemen yang berbeda, di mana setiap elemen menyumbangkan terjadinya konflik, disintegrasi, dan perpecahan.

Melalui teori ini dipahami bahwa kemiskinan terjadi karena adanya perbedaan akses antara berbagai orang terhadap sumber-sumber langka seperti barang, jasa, informasi dan kekuasaan.

Teori Interaksionisme Simbolik memahami realitas sebagai suatu interaksi yang dipenuhi berbagai simbol. Teori ini memahami realitas kemiskinan dalam konteks simbol.

Teori Pertukaran, terutama dari George C. Homans, menjelaskan bahwa manusia terus-menerus terlibat dalam memilih di antara perilaku-perilaku alternatif, dengan pilihan mencerminkan cost and reward yang diharapkan berhubungan dengan garis-garis perilaku alternatif itu.

Teori pertukaran bisa dipakai untuk memahami mengapa petani miskin lahan (yakni petani yang memiliki lahan di bawah 0,25 hektar) tidak mau menanggung risiko rugi atau kelaparan meskipun berdasarkan perhitungan ilmiah dan logis jika suatu teknologi digunakan akan meningkatkan pendapatan sekian kali lipat.

Makna Sosial uang

Dalam mainstream ekonomi, seperti Adam Smith dan Carl Menger, uang selalu dianggap tidak lebih dan tidak kurang, sebagai instrumen pertukaran yang netral tanpa makna sosial. Uang dipandang hanya sebagai medium dari fungsi pertukaran pada transaksi pasar.

Sedangkan dalam interpretasi sosiologi klasik, uang dianggap sebagai peneruka bagi proses rasionalisasi. oleh karena itu, uang merupakan kunci untuk memahami rasionalisasi sosial.

Menurut Simmel (1978) dan Weber (1978), uang tidak hanya memiliki kemampuan untuk mengalkulasi secara abstrak suatu objek tetapi juga suatu instrumen impersonal. Weber melihat uang merupakan sarana yang paling sempurna bagi transaksi ekonomi dan sosial.

Sementara Zelizer (1994) menjelaskan bahwa uang tidak netral secara budaya dan juga tidak anonim secara sosial. Adalah memungkinkan bahwa nilai-nilai “korup” dan hubungan sosial secara timbal balik mentransformasikan uang dengan menginvestasikannya melalui makna dan pola-pola sosial.

Orang berupaya, dengan berbagai usaha, untuk mengaitkan uang dengan waktu, tempat dan hubungan sosial tertentu.

Demikian Perspektif Sosiologis tentang Uang. Semoga bermanfaat.

Baca juga:

Bagikan yuk!
Posted in Course