Menu Tutup

Sejarah Partai Komunis Indonesia: Dari Kelahiran hingga Kematian

Partai Komunis Indonesia (PKI) adalah sebuah partai politik yang pernah menjadi salah satu partai terbesar di Indonesia. Partai ini berideologi komunisme, yaitu paham yang menginginkan kesetaraan dan keadilan sosial tanpa membedakan kelas, ras, agama, atau bangsa. Namun, sejarah PKI juga penuh dengan konflik, kekerasan, dan tragedi. Bagaimana partai ini bisa lahir, berkembang, dan mati? Mari kita simak bersama.

PKI lahir dari rahim ISDV

PKI tidak tiba-tiba muncul begitu saja. Partai ini berasal dari sebuah organisasi yang bernama Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV), atau Persatuan Sosial Demokrat Hindia Belanda. ISDV didirikan pada tahun 1914 oleh Henk Sneevliet, seorang tokoh sosialis Belanda yang bekerja sebagai pegawai kereta api. Sneevliet dan rekan-rekannya ingin menyebarkan ide-ide Marxis, yaitu teori yang dikembangkan oleh Karl Marx dan Friedrich Engels tentang perjuangan kelas dan revolusi sosial.

ISDV awalnya hanya beranggotakan orang-orang Belanda yang tinggal di Hindia Belanda, koloni Belanda yang sekarang menjadi Indonesia. Namun, lama-kelamaan ISDV mulai menarik perhatian dan simpati dari orang-orang pribumi, terutama dari kalangan buruh, petani, dan nasionalis. Salah satu anggota ISDV yang paling terkenal adalah Tan Malaka, seorang guru dan aktivis yang kemudian menjadi salah satu pemimpin revolusi Indonesia.

Pada tahun 1920, ISDV mengubah namanya menjadi Partai Komunis di Hindia (PKH), dan kemudian menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Perubahan nama ini menandakan bahwa partai ini tidak lagi terikat dengan Belanda, melainkan ingin menjadi bagian dari gerakan komunis internasional yang dipimpin oleh Uni Soviet. PKI juga menuntut kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda, dan berusaha mengorganisir rakyat untuk melawan kolonialisme.

PKI berontak melawan Belanda

PKI tidak hanya berjuang dengan kata-kata, tetapi juga dengan tindakan. Pada tahun 1926, PKI memimpin sebuah pemberontakan bersenjata melawan pemerintah kolonial Belanda di Jawa Barat dan Sumatera. Pemberontakan ini dikenal sebagai Pemberontakan PKI 1926-1927, atau Pemberontakan Komunis Pertama. Tujuan pemberontakan ini adalah untuk mendirikan Republik Soviet Indonesia, sebuah negara komunis yang bersekutu dengan Uni Soviet.

Namun, pemberontakan ini gagal total. Pasukan Belanda berhasil menumpas para pemberontak dengan kekuatan militer yang jauh lebih besar dan lebih modern. Ribuan orang tewas, ditangkap, atau diasingkan ke Boven Digul, sebuah kamp tahanan di Papua. Para pemimpin PKI, seperti Tan Malaka, Musso, dan Alimin, melarikan diri ke luar negeri. PKI hampir punah, dan harus memulai dari nol lagi.

PKI bangkit kembali di masa revolusi

PKI tidak menyerah begitu saja. Partai ini bangkit kembali di masa revolusi Indonesia, yaitu ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya dari Belanda pada tahun 1945. PKI mendukung proklamasi tersebut, dan berusaha berperan aktif dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari upaya Belanda untuk merebut kembali koloninya. PKI juga berusaha mempengaruhi pemerintahan Indonesia yang baru, yang dipimpin oleh Soekarno dan Mohammad Hatta.

Namun, PKI juga menghadapi tantangan dan persaingan dari partai-partai lain, terutama dari Partai Nasional Indonesia (PNI) dan Partai Sosialis Indonesia (PSI). PKI juga tidak sepenuhnya setuju dengan konsep negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila, yaitu lima sila yang mencakup Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. PKI lebih menginginkan negara Indonesia yang berdasarkan Marxisme-Leninisme, yaitu paham komunis yang mengutamakan peran kelas pekerja dan partai komunis sebagai pemimpin revolusi.

Pada tahun 1948, PKI kembali melakukan pemberontakan bersenjata melawan pemerintah Indonesia. Pemberontakan ini dikenal sebagai Pemberontakan PKI Madiun, atau Pemberontakan Komunis Kedua. Pemberontakan ini dipicu oleh ketidakpuasan PKI terhadap perjanjian Renville, yaitu perjanjian yang ditandatangani oleh Indonesia dan Belanda pada tahun 1948 untuk mengakhiri konflik bersenjata. PKI menilai perjanjian ini sebagai pengkhianatan terhadap revolusi, karena Indonesia harus mengakui kedaulatan Belanda atas sebagian wilayahnya.

Pemberontakan PKI Madiun dipimpin oleh Musso, salah satu pemimpin PKI yang baru kembali dari Uni Soviet. Musso dan pengikutnya mengumumkan pembentukan Republik Soviet Indonesia di Madiun, Jawa Timur, dan menyerukan rakyat untuk bergabung dengan mereka. Namun, pemberontakan ini juga gagal. Pasukan pemerintah Indonesia, yang dipimpin oleh Jenderal Sudirman dan Mayor Jenderal Soeharto, berhasil mengalahkan para pemberontak dalam waktu singkat. Musso tewas dalam pertempuran, dan ribuan orang lainnya tewas, ditangkap, atau dihukum mati. PKI kembali mengalami kemunduran, dan dilarang beroperasi oleh pemerintah.

PKI menjadi partai terbesar di Indonesia

PKI tidak mati sampai di situ. Partai ini kembali bangkit di masa demokrasi terpimpin, yaitu ketika Indonesia mengadakan pemilihan umum pertama pada tahun 1955. PKI berhasil menempati posisi keempat dalam pemilu tersebut, dengan memperoleh 16,4 persen suara. PKI menjadi partai terbesar di kalangan rakyat miskin, terutama di pedesaan. PKI juga berhasil memenangkan beberapa pemilihan kepala daerah, seperti di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

PKI juga mendapat dukungan dari Presiden Soekarno, yang menganggap PKI sebagai salah satu pilar dari konsep Nasakom, yaitu perpaduan antara Nasionalisme, Agama, dan Komunisme. Soekarno mengizinkan PKI untuk berpartisipasi dalam pemerintahan, dan memberikan perlindungan kepada PKI dari serangan-serangan dari partai-partai lain, terutama dari partai Islam dan militer. PKI juga mendapat bantuan dari Uni Soviet dan Tiongkok, yang memberikan bantuan politik, ekonomi, dan militer kepada Indonesia.

PKI semakin berani dan agresif dalam menyuarakan kepentingan dan aspirasinya. PKI menuntut agar tanah-tanah milik tuan tanah dan perusahaan-perusahaan asing disita dan dibagikan kepada rakyat. PKI juga menuntut agar Indonesia keluar dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang dianggap sebagai alat imperialisme Barat. PKI juga menentang pembentukan Malaysia, yang dianggap sebagai ancaman bagi Indonesia. PKI juga menyerukan pembubaran Konstituante, yaitu lembaga yang bertugas menyusun konstitusi baru untuk Indonesia.

PKI juga semakin aktif dalam mengorganisir rakyat, terutama melalui organisasi-organisasi massa yang berafiliasi dengan PKI, seperti Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia

SOBSI), Persatuan Tani Nasional Indonesia (PETANI), Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA), Gerakan Wanita Indonesia (GERWANI), Pemuda Rakyat, dan lain-lain. Organisasi-organisasi ini menjadi alat PKI untuk menyebarkan ideologi komunis, menggalang dukungan, dan menghadapi lawan-lawannya.

PKI juga mencoba mempengaruhi militer, yang merupakan kekuatan politik yang penting di Indonesia. PKI mendukung pembentukan Dewan Jenderal, yaitu sebuah lembaga yang terdiri dari para jenderal yang loyal kepada Soekarno. PKI juga mendukung pembentukan Angkatan Kelima, yaitu sebuah pasukan bersenjata yang terdiri dari anggota-anggota PKI dan organisasi-organisasi massanya. PKI berharap dengan adanya Dewan Jenderal dan Angkatan Kelima, mereka bisa mengimbangi pengaruh militer yang anti-PKI.

PKI mencapai puncak kejayaannya pada tahun 1965, ketika partai ini memiliki sekitar 3 juta anggota, dan puluhan juta simpatisan. PKI menjadi partai terbesar di Indonesia, dan salah satu partai komunis terbesar di dunia. PKI juga memiliki pengaruh yang besar dalam pemerintahan, parlemen, dan masyarakat. PKI bahkan berani menantang Soekarno, yang mulai dianggap terlalu lunak dan kompromis dengan lawan-lawannya. PKI menyerukan agar Soekarno membentuk sebuah kabinet yang murni Nasakom, tanpa melibatkan partai-partai lain.

PKI mati terbunuh oleh militer

Namun, kejayaan PKI tidak bertahan lama. Pada tanggal 30 September 1965, terjadi sebuah peristiwa yang mengubah sejarah Indonesia, yaitu Gerakan 30 September (G30S), atau yang juga dikenal sebagai Gestapu, yaitu Gerakan September Tiga Puluh. G30S adalah sebuah upaya kudeta yang dilakukan oleh sekelompok perwira militer yang mengaku sebagai Dewan Revolusi. Mereka menyerang istana presiden, markas besar angkatan darat, dan rumah-rumah beberapa jenderal. Mereka berhasil membunuh enam jenderal, dan menculik satu jenderal lainnya. Mereka juga mengumumkan pembentukan sebuah pemerintahan revolusioner yang dipimpin oleh Soekarno.

Motif dan dalang di balik G30S masih menjadi misteri hingga kini. Ada banyak teori dan spekulasi yang mencoba menjelaskan siapa yang bertanggung jawab atas G30S. Ada yang mengatakan bahwa G30S adalah hasil dari konspirasi PKI, yang ingin menggulingkan Soekarno dan mengambil alih kekuasaan. Ada yang mengatakan bahwa G30S adalah hasil dari konspirasi CIA, yang ingin menggulingkan Soekarno dan menggantikannya dengan Soeharto. Ada juga yang mengatakan bahwa G30S adalah hasil dari konspirasi Soekarno sendiri, yang ingin mengeliminasi lawan-lawannya dan memperkuat posisinya.

Namun, yang pasti adalah bahwa G30S menjadi bumerang bagi PKI. Militer, yang dipimpin oleh Soeharto, berhasil menggagalkan G30S dalam waktu singkat. Soeharto kemudian menuduh PKI sebagai dalang di balik G30S, dan melancarkan sebuah kampanye anti-komunis yang brutal. PKI dan organisasi-organisasi massanya dilarang, dibubarkan, dan diburu. Ratusan ribu orang, yang diduga sebagai anggota atau simpatisan PKI, dibunuh, ditangkap, atau diasingkan tanpa pengadilan. PKI menjadi kambing hitam, dan dikambinghitamkan sebagai musuh negara, musuh rakyat, dan musuh agama.

Soeharto juga mengambil alih kekuasaan dari Soekarno, yang semakin terpinggirkan dan terisolasi. Soeharto membentuk sebuah rezim yang dikenal sebagai Orde Baru, yang berkuasa selama lebih dari tiga dekade. Orde Baru menghapuskan demokrasi, dan menggantinya dengan otoritarianisme. Orde Baru juga menghapuskan Nasakom, dan menggantinya dengan Pancasila. Orde Baru juga menghapuskan komunisme, dan menggantinya dengan kapitalisme. Orde Baru juga menghapuskan sejarah, dan menggantinya dengan propaganda.

PKI mati terbunuh oleh militer, dan tidak pernah bangkit lagi. PKI menjadi sebuah partai yang terlupakan, terlarang, dan terlarang. PKI menjadi sebuah partai yang hanya ada dalam kenangan, mimpi, dan mimpi buruk.

Bagikan yuk!
Posted in Catatan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *